Senin, 15 Maret 2010

apa itu Autisme

Anak dengan special needs atau anak dengan kebutuhan khusus termasuk anak yang mengalami hambatan dalam perkembangan prilaku. Perilaku anak-anak ini antara lain dari wicara dan okupasi tidak berkembang normal seperti anak normal padahal kedua jenis perilaku ini sangat diperlukan untuk komunikasi dan sosialisasi. Apabila hambatan ini tidak diatasi dengan cepat maka proses belajar anak tersebut akan terhambat.
Saat ini prevalensi anak dengan hambatan perkembangan perilaku telah mengalami peningkatan yang sangat mengejutkan. Pada salah satu kota besar di Amerika, jumlah anak dengan autis dalam 5 tahun terakhir mengalami peningkatan sebesar 500% dari 40 kelahiran menjadi 10.000 kelahiran. Di Indonesia sendiri belum ada penelitian untuk hal ini. Namun faktor – faktor penyebab dari hambatan perkembangan perilaku anak ini lebih tinggi di Indonesia dibandingkan dengan di Amerika sehingga dapat diperkirakan jumlah anak dengan hambatan perkembangan perilaku anak ini leih banyak di Indonesia. Jenis kelainan pada anak dengan kebutuhan khusus ini dapat berupa Autisma Infantil, Aspergers Diseaase,l Attention Deficit hiperactive disorder, spreech delay dyslexia, dyspraxia dsb.
Perlu diketahui bahwa retardasi mental atau keterbelakangan mental tidak termasuk dalam kelainan golongan ini. Namun banyak anak autis menderita double handycap artinya selain menderita autis juga menderita retardasi mental. Hal tersebut sangat memperburuk keadaan karena akan sulit mendeteksi autisnya karena tertutupi oleh retardasi mentalnya.
Anak Dengan kebutuhan Khusus
Autis berasal dari kata auto yang berarti sendiri. Penyandang autis seakan-akan hidup di dunianya sendiri. Istilah autis sejak tahun 1943 oleh Leo Kanner sekali pun ini sudah ada sejak berabad-abad yang lalu.
Dahulu dikatan autism merupakan kelainan seumur hidup tetapi kini ternyata autism masa anak-anak dapat dikoreksi. Koreksi tersebut harus dilakukan sedini mungkin, sebaiknya jangan melebihi umur 5 tahun karena diatas usia ini perkembangan otak anak akan sangat melambat. Usia paling ideal adalah 2-3 tahun karena perkembangan otak anak pada usia ini berada pada tahap yang paling cepat.
Perilaku autis digolongkan dalam 2 jenisyaitu perilaku yang eksesif (berlebihan) dan perilaku defisit. Yang termasuk eksesif adalah hiperaktif dan tantrum (mengamuk) berupa menjerit, menyepak, menggigit dll, disini juga sering terjadi anak menyakiti dirinya sendiri. Perilaku defisit ditandai dengan gangguan bicara, perilaku sosial kurang sesuai, kurang kepedulian dengan sekitarnya dll.
Banyak ahli yangsepakat bahwa pada otak anak autis ditemukan suatu kelainan, namun penyebab dari kalinan tersebut belum dapat dipastikan karena banyak faktor yang mempengaruhinya. Mulai dari penyebab genetik (keturunan), infeksi virus, dan jamur, malnutrisi dan oksigenasi, polusi udara, air dan makanan. Namun yang dapat dipastikan adalah gangguan tersebut terjadi pada usia kehamilan 0-4 bulan yaitu pada fase pembentukan organ-organ.
Rasa cuek pada anak autis terhadap lingkungannya 43% disebabkan oleh kelainan anatomis pada lobus patietalis. Kelainan juga ditemukan pada cerebellum (pusat proses sensoris) yang menyebabkan gangguan keseimbangan serotonin dan dopamin sehingga terjadi gangguan lalu lintas impuls dalam otak. Ditemukan juga kelainan pada sistem limbiknya yang menyebabkan terjadinya gangguan fungsi kontrol anak terhadap emosi dan agresinya.
Perkiraan bahwa faktor genetik menjadi salah satu penyebab dari autis masih sulit dibuktikan karena bukti-bukti nyata masih sulit diketemukan. Memang ditemukan kelainan pada kromosom anak autis namun kelainan itu tidak berada pada kromosom yang sama pada setiap anak. Banyak penelitian yang menyebutkan penyebab autis berada pada masa pembentukan otak, dan perkembangan otak (masa kehamilan, proses kelahiran dan sesudah lahir.
Pada masa kehamilan trimester pertama, faktor pemicunya bisa terdiri atas infeksi (toksoplasmosis, rubella, jamur), janin tercemar bahan – bahan tertentu (logam berat, bahan pengawet, penyedap rasa dll), ibu mengidap alergi berat, obat-obatan yang berlebih, munta-muntah hebat dll. Pada proses kelahiran yang lama dimana terjadi gangguan nutrisi dan oksigenasi pada janin, pemakaian forsep dll. Bahkan masa sesudah lahir juga dapat terjadi dari berbagai pemicu misalnya: infeksi pada bayi, imunisasi MMR dan hepatitis B (masih dalam penelitian), logam berat, penyedap rasa, pewarna, pengawet, protein susu sapi, protein tepung terigu, pemakaian obat antibiotik yang berlebihan.
Masih ada lagi kelainan yang menyebabkan terjadinya gejala autis yaitu Sensory Interpretation Error. Dimana rangsangan dari reseptor visual, audio dan taktil mengalami proses yang kacau di otak anak sehingga timbul persepsi yang semrawut, kacau atau berlebihan yang pada kahirnya akan menyebabkan kebingungan dan ketakutan pada anak sehingga anak akan menarik diri dari lingkungan yang dianggapnya menakutkan tersebut.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar